KAJIAN TAFSIR TEMATIS

NABI ISA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN III

(Mukjizat Nabi Isa)

oleh : Faizin (Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Imam Bonjol Padang)

Mu’jizat-mu’jizat Nabi Isa terangkum dalam surat Al-Mâidah ayat 110, ayat ini merupakan gambaran peristiwa ketika Allah mengumpulkan para Rasul pada hari kiamat – sebagaiman dijelaskan pada ayat sebelumnya ayat 109 – yang merupakan penjelasan al-Qur’ân tentang kejadian yang akan datang dengan mengisahkan peristiwa masa lampau. Ungkapan seperti ini menunjukkan kepastian akan kejadian masa lalu dan kebeneran peristiwa hari kiamat. Adapun peristiwa masa lampau yang diceritkan Allah pada hari kiamat ialah:

إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَى وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلاً وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْأِنْجِيلَ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْراً بِإِذْنِي وَتُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَى بِإِذْنِي وَإِذْ كَفَفْتُ بَنِي إِسْرائيلَ عَنْكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ

Artinya: (Ingatlah), ketika Allah mengatakan:”Hai ”Îsâ putera Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada Ibumu diwaktu Aku menguatkan kamu dengan ruh al-qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia diwaktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) diwaktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) ketika kamu menyembukan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang beroenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) ketika kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizinku dan (ingatlah) diwaktu Aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) dikala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata:”Ini tidak lain sihir yang nyata”. (QS. Al-Mâidah/5:110)

Sebagai bandingan bahwa Isa juga pernah menceritakan apa yang akan dikisahkan Allah pada hari kiamat kelak dan kisah Isa ini disamapikan kepada Banî Isrâ’îl  yang ia sebut sebagai âyah (tanda) yakni tanda kerasulannya berupa mu’jizat dari Tuhan. Firmannya:

وَيُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ(48)وَرَسُولًا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُمْ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنْفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَى بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ(49)وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ

Artinya: Dan Allah akan mengajarkan kepadanya Al Kitab, Hikmah, Taurat dan Injil. Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka): “Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa sesuatu tanda (mu`jizat) dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seizin Allah; dan aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang mati dengan seizin Allah; dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman.” Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu`jizat) dari Tuhanmu. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan ta`atlah kepadaku. (QS. Ali ‘Imrân/3: 48-50)

Pada ayat di atas terdapat ungkapan kata ni’mah (nikmat). Ni’mat yang dimaksud beruapa mu’jizat-mu’jizat sebab dalam surat al-Baqarah ayat 87 dikatakan: “…Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat-mu’jizat… pemberian Allah kepada Isa adalah mu’jizat yang dalam konteks ayat di atas ‘Îsâ diperintahkan untuk mengingat ni’kmat-nikmat berupa pemberian Allah tersebut.

Dari ayat di atas  dapat disimpulkan beberapa mu’jizat Nabi ‘Îsâ ‘alaihi al-Salâ, yakni:

1. Diperkuat dengan Ruh al-Qudus

Pembicaraan al-Qur’ân tentang mu’jizat Nabi Isa dalam bentuk diperkuat atau didukung oleh Ruh al-Qudus juga dapat dilhat dalan surat al-Baqarah ayat 87 dan 253:

وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ

Artinya: …Dan Kami berikan kepada ‘Îsâ putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus… (QS. Al-Baqarah/2: 253)

Ada banyak penafsiran ulama terhadap Ruh al-Qudus. Ada yang memaknainya dengan Malaikat Jibrîl, ini adalah pendapat jumhur ulama, ada juga ualama yang membagi yakni: ruh artinya Jibrîl dan qudus artinnya Allah SWT, alasannya idafah ruh kepada Jibrîl merupakan ta’zhîm bagi Jibrîl. Sementara itu ada juga ulama yang memaknai Ruh al-Qudus dengan suatu kekuatan yang dahsyat yang dengannya dapat melakukan hal-hal yang luar biasa.

Jika merujuk pada pendapat jumhur ulama, akan diketahui bahwa dukungan yang diberikan malaikat Jibrîl dimulai sejak sebelum Nabi ‘Îsâ dilahirkan, ketika berada dalam kandungan, sejak ia baru lahir, bahkan sepanjang hidup, hingga kematiannya. Bahkan dikatakan bahwa kejadian Isa bermula dari tiupan ruh yang ditiupkan Jibrîl kepada Maryam – dengan izin Allah. Sebenarnya semua nabi mendapat dukungan dari ruh al-qudus, namun untuk Nabi ‘Îsâ ini disbut-sebut di dalam al-Qur’ân sebagai bentuk bahwa dukungan yang diberikan Jibrîl kepada Nabi ‘Îsâ amat menonjol.

2. Mampu berbicara ketika masih bayi dan dewasa

Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa Nabi ‘Îsâ mampu berbicara dengan manusia ketika masih dalam buaian, yakni pada umur di mana manusia belum mampu berkata-kata, kecuali dengan tangisan. Ungkapan senada juga dapat disiamak dalam surat Ali ‘Imrân/3: 46

وَيُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَمِنَ الصَّالِحِينَ

Artinya: Dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan dia adalah termasuk orang-orang yang saleh. (Ali ‘Imrân/3: 46)

Sedangkan kisah tentang pembicaraan Nabi Isa sendiri ketika masih bayi dapat disimak dalam surat Maryam/19 ayat 27 ayat 33, yang artinya: ” Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata:”Hai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar. Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang penjahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang penzina”. maka Maryam menunjuk kepada anaknya. Mereka berkata:”Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan”. Berkata Isa:”Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab (Injil) dan Dia manjadikan aku seorang nabi. dan dia menjadikan aku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup. dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali”.

Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengingkari kenyataan Nabi Isa dapat berbicara ketika ia masih bayi. Alasan mereka, karena hal itu merupakan keanehan dan tidak masuk akal. Menurut mereka kalau kiranya peristiwa itu benar-benar terjadi seharusnya sampai kepada mereka bukti-bukti yang kuat tentang peristiwa itu atau disebutkan dalam kitab-kitab suci mereka. Tetapi mengapa mereka tidak mengetahuinya, padahal mereka adalah orang-orang yang berlebihan dalam mengkultusk ‘Îsâ, bahkan menganggapnya Tuhan. Apalagi peristiwa itu merupakan peristiwa yang sangat penting dan bersejarah yang sekaligus merupakan satu kemu’jizatan. Ini merupakan bukti dan tanda kenabian Muhammad. Kerena tampa melalui wahyu mustahil Nabi Muhammad akan mengetahui berita-berita yang disebutkan dalam kisah-kisah itu, karana ia adalah orang yang ummiy.

Selain itu,  Allah sengaja ingin memperlihatkan dan membuktikan bahwa ‘Îsâ bukanlah anak haram dan Maryam bukanlah wanita pezina, sebagai bantahan pendangan kaum Yahudi. Hal ini dapat dilihat dalam surat Maryam ayat 26-34. Alasannya, Allah mewajibkan Maryam berpuasa untuk tidak berbicara kepada siapapun (QS. Maryam/19: 26), hal ini bertujuan memberikan kesempatan kepada Isa untuk membela Ibunya atas tuduhan berzina (QS. Maryam/19: 27-29). Seorang bayi angkat bicara untuk membela ibunya adalah suatu hal yang mustahil, namun dihadapan orang yang menuduh ibunya hal itu benar-benar terjadi. Ini akan menimbulkan kesan bagi orang tersebut bahwa Isa bukanlah anak haram dan Maryam tidaklah seorang pezina. Lain halnya jika Maryam yang bicara ketika itu, tentu apapun yang alasan diberikan Maryam atau bahkan menyebutkan persitiwa kehamilannya itu atas kehendak Yang Maha Kuasa, tentu orang tidak akan percaya sema sekali kerena hal tersebut tidak masuk akal.

3. Allah mengajarkan Nabi Isa tentang beberapa hal

Ayat di atas dengan redaksi ‘allimtuka (Aku telah mengajarkan kamu), sama halnya dengan ungkapan surat al-Baqarah/2: 31 yang berbicara tentang Allah mengajarkan Adam nama-nama benda. Namun dalam hal ini dhamir (kata ganti) yang digunkan berbeda, pada ‘Îsâ digunkan dhamir anâ dan pada Adam dipakai dhamir huwa. Sebab pada kisah Isa, al-Qur’ân mencerikan kisah ketika Allah berfirman – melalui perantaraan Jibrîl – kepada Isa, jadi khitabnya adalah Isa sendiri. Ini menunjukkan bahwa Isa lansung berguru kepada Allah, berguru kepada Allah tidak sama dengan berguru kepada manusia. Berguru kepada Allah, Allah lansung memberikan pengetahuan tampa melalui proses belajar-mengajar. Artinya ‘Îsâ pandai dengan sendirinya – seizin Allah – tenatang beberapa hal, yakni:

1) Al-Kitâb

Mustafa al-Maragiy menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan al-Kitâb ialah kemampuan membaca dan menulis. Sementara al-Râziy mengartianya dengan menulis, demikian juga dengan M. Quraish Shiahab, namun ia menambahkan bahwa Isa juga diajarkan dengan kitab-kitab suci yang turun sebelum Taurat.

2) Hikmah

Keterangan lain juga dapat disimak dalam surat al-Zukhruf ayat 63:

وَلَمَّا جَاءَ عِيسَى بِالْبَيِّنَاتِ قَالَ قَدْ جِئْتُكُمْ بِالْحِكْمَةِ وَلِأُبَيِّنَ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي تَخْتَلِفُونَ فِيهِ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ

Artinya: Dan tatkala ‘Îsâ datang membawa keterangan dia berkata:”Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan membawa hikmat dan untuk menjelaskan kepadamu sebagian dari apa yang kamu berselisih tentangnya, maka bertaqwakah kepada Allah dan taatlah (kepada)ku”. (QS. Al-Zukhruf/43:63)

Hikmah yang dimaksud, menurut al-Râziy merupakan kemampuan mengganalisa dan kemampuan ilmiayah. Sementara menurut al-Maraghiy ialah ilmu yang benar yang dapat mengantarkan manusia mengamalkan hal yang bermanfaan yang disertai dengan pemahaman terhadap apa yang ia amalkan. Dari dua pendapat ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hikmah ialah ilmu ilmiyah dan amal amaliah.

3)      Turat dan Injil

Nabi Isa tidak hanya mengetahui tentang injil tetapi juga mengetahui Taurat. Berdasarakan pemahaman dari kata hikmah di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu dan amal Nabi Isa mencakup tentang ajaran yang termuat dalam Taurat dan tercantum dalam Injil. Tujuan di ajarkannya Taurat ialah:

وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ..

Artinya: Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku… (QS. Ali ‘Imrân/3: 50)

4. Membuat burung dari Tanah dengan Izin Allah

Terdapat perbedaan redaksi ayat dalam menjelaskan persoalaan ini, di dalam surat al-Mâ’idah dijelaskan  فتنفخ فيهاsementara dalam surat ‘Ali Imrân dikatakan فأنفخ فيه . penggunaan dhamir ها  pada surat al-Mâ’idah menunujuk pada هيئة (bentuk) yang merupakan bentuk muannats, sedangkan dahamir ه  pada surat Ali ‘Imrân menunjuk pada الطير (burung) yang merupakan bentuk muzdakkar. Hal yang mendasar yang membedakan hal ini ialah karena dalam surat Ali ‘Imrân merupakan keterangan Isa kepada kaumnya, sementara dalam surat Al-Mâidah merupakan keterangan Allah kepada Isa. Jadi, walaupun diungkap dengan redaksi berbeda namun mempunyai maksud yang sama dan ini merupakan bentuk kemu’jizatan al-Qur’ân dari sisi redaksi – sebagimana disebut dalam footnote ke tujuh).

5. Menyembuhkan orang buta dan orang yang berpenyakit Sopak dengan Izin Allah

Kemu’jizatan Nabi ‘Îsâ yang dianugraihi Allah ialah kemampuannya dalam menyembuhkan orang sakit. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa ia digelar dengan al-Masih kerena ia mampu menyembuhkan orang buta dari kebutaannya dan orang sakit dari penyakitnya dengan hanya mengusapkan tangan pada pasien. Konon masyarakat Banî Isrâ’îl mempunyai kemampuan dan kemahiran dalam bidang penyembuhan, oleh sebab itu mu’jizat Nabi ‘Îsâ disesuaikan dengan kondisi masyarakat pada waktu. Nabi ‘Îsâ mampu menyembuhkan penyakit kebutaan dan sompak, yang tidak mampu ditandingi oleh masyarakat pada zamannya. Mu’jizat ini menjadi bukti kerasulannya yang lebih dari kemampuan masyarakat yang tujuannya ialah untuk melemahkan mereka, justeru hal ini diingkari dan menyebutkan sebagai sihir.

6. Menghidupkan orang yang Mati dengan Izin Allah

Puncak dari kemampuan Isa dalam menyembuhkan penyakit ialah menghidupkan orang yang telah meninggal dalam waktu bebarapa saat, sebagai bukti bahwa ‘Îsâ memang mempunyai kemampuan lebih untuk membungkam kesombongan Banî Isrâ’îl. Penting dicatat bahwa terdapat perbedaan redaksi antara surat ‘Ali ‘Imrân dengan surat al-Mâidah menganai kemampuan Isa menghidupakan orang yang telah meninggal. Pada surat Ali ‘Imrân diungkapkan dengan redaksi وَأُحْيِي الْمَوْتَى  (menghidupkan orang mati), sedangkan pada surat al-Mâidah dinyatakan dengan redaksi تُخْرِجُ الْمَوْتَى  (mengeluarkan orang mati). Dari dua redaksi ini didapat tambahan informasi bahwa untuk menghidup orang yang telah mati, mesti dikeluarkan dari kuburnya terlebih dahulu.


About faizin

Tidak kita sadari dunia ini semakin berubah dengan berbagai assesoris dan pernak-perniknya. Menikmatinya adalah anugerah yang tak terukur. Sedikit saja mengintainya akan nampak berbagai tirai yang menghiasinya. Akankah aku punya opsesi untuk menarangkainya menjadi bagian dari hidupku.

Posted on Juni 12, 2010, in Khazanah Tafsir, Tafakur, Tokoh. Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar